· Nama Sekolah : SMP Harapan 1 Medan
· Alamat Sekolah : Jalan Imam Bonjol
· Uang Sekolah : Rp.800.000,-
· Konsep E-learning : Teacher Learning Center
B. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
· Hari Pelaksanaan : Selasa
· Waktu Pelaksanaan : 4 Juni 2013
· Pembagian Tugas : Satu Kelompok dibagi dua regu
C. LAPORAN HASIL OBSERVASI
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
E-learning merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dalam hal ini memanfaatkan media online seperti internet sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi. Di dalamnya terdapat dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Selain itu juga tersedia rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh tiap peserta belajar, dan terdapat sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar. Penerapan e-learning di Indonesia semakin pesat, baik untuk bidang keilmuan yang umum ataupun untuk keilmuan yang khusus yang terdapat pada dunia perguruan tinggi. Dan dengan seiring perkembangan yang terjadi, e-learning bukan saja terbatas sebagai media untuk berbagi sumber atau bahan pengajaran, tetapi juga media untuk berbagi tugas, baik tugas individual maupun tugas kelompok.
II
LANDASAN TEORI
1. E-LEARNING
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Berikut pengertian e-learning menurut para ahli :
1. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
2. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com, 2001].
3. Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang Pe-ngajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
4. Ong (dalam Kamarga, 2002)mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
a. Revolusi Teknologi
Revolusi teknologi adalah bagian dari masyarakat informasi dimana kita kini hidup. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Masyarakat informasi baru masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi mendasar, seperti: keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang kini berorientasi teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat (Bitter & Pierson, 2002; Collis 7 Sakamoto, 1996; Nickerson, 2000).
Teknologi telah menjadi bagian dari sekolah selama beberapa dekade, tetapi teknologi masih dipakai secara sederhana dan berubah dengan lamban. Namun, kini teknologi berubah secara dramatis.
· Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang tergantung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses murid. Dalam banyak kasus, internet lebih banyak menyediakan informasi dibandingkan dengan buku teks.
· World Wide Web (WWW) adalah sistem pengambilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet; materi ini mencakup teks dan grafis. Web memberi struktur yang dibutuhkan Internet. Website adalah lokasi individu atau organisasi di Internet. Website menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi. E-mail adalah singkatan dari electronic mail dan merupakan bagian penting lain dari internet. Pesan dapat diterima dari individu atau dari banyak individu sekaligus.
b. Masa Depan: Komputer di Mana-mana
Perhitungan pada awalnya dilakukan dengan komputer besar, yang dipakai bersama-sama oleh banyak orang (Bitter & Pierson, 2002). Beberapa pakar komputer percaya bahwa generasi komputer berikutnya—generasi ketiga—akan berupa ubiquitous computing, yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi latar belakang (Weiser, 2001). Ringkasnya, ubiquitous computing akan berupa dunia pasca-PC.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang didalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia.
3. TEACHER LEARNED-CENTERED
a. Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered adalah menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
1. Menciptakan Sasaran Behavioral. Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behvioral harus mengandung tiga bagian:
· Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
· Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan di evaluasi atau dites.
· Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima
Misalnya, guru mungkin menyusun sasaran behavioral berdasar gagasan bahwa murid akan mendeskripsikan lima sebab melemahnya Kekaisaran Inggris (perilaku murid). Guru berencana untuk memberi murid tes esai tentang topik ini. Dan, guru menentukan bahwa jika murid bisa menjelaskan empat atau lima sebab, maka ia sudah memenuhi kriteria kinerja.
2. Menganalisis Tugas. Alat lain dalam perencanaan teacher-centered adalah analisis tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978):
· Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
· Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator.
· Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3. Menyusun Taksonomi Instruksional. Taksonomi instruksional juga membantu pendekatan teacher-centered. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom, dkk (1956). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif. Taksonomi kognitif Bloom mengandung enam sasaran
· Pengetahuan. Murid punya kemampuan untuk mengingat informasi.
· Pemahaman. Murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat mereka sendiri.
· Aplikasi. Murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan problem kehidupan nyata.
· Sintesis. Murid mengombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru.
· Evaluasi. Murid membuat penilaian dan keputusan yang baik.
Domain afektif. Taksonomi afektif terdiri dari lima sasaran yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas (Krathwohl, Bloom, & Masia, 1964). Masing-masing dari lima sasaran itu mensyaratkan agar murid menunjukkan tingkat komitmen atau intensitas emosional tertentu:
· Penerimaan. Murid mengetahui atau memerhatikan sesuatu di lingkungan.
· Respons. Murid termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya.
· Menghargai. Murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman.
· Pengorganisasian. Murid mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat.
· Menghargai karakterisasi. Murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai tersebut.
Domain psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah:
· Gerak refleks. Murid merespons suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berpikir.
· Gerak fundamental dasar. Murid melakukan dasar untuk tujuan tertentu.
· Kemampuan perseptual. Murid menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan, untuk melakukan sesuatu.
· Kemampuan fisik. Murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan.
· Gerakan tertarik. Murid melakukan keterampilan fisik yang kmpleks dengan lancar.
· Perilaku nondiskusif. Murid mengomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
4. MANAJEMEN KELAS
a. Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management”. Karena, terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesia menjadi “Manajemen”. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.
Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa. Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni:
· Kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatas oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
· Kelas dalam arti luas: suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, DR. Hadari Nabawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
b. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandun dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah:
· Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
· Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.
· Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan tujuan manajemen kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru.
Tujuan untuk siswa:
· Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
· Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
· Membangkitkan rasa tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada manajemen kelas adalah setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Tujuan untuk guru:
· Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
· Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
· Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
· Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
c. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan kelas
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas (Everton, Emmer, & Worsham, 2003):
· Kurangi kepadatan ditempat lalu-lalang.
· Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid.
· Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
· Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Gaya Penataan
· Gaya auditorium tradisional
Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
· Gaya tatap muka (face to face)
Murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
· Gaya off-set
Sejumlah murid biasanya tiga atau empat anak duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
· Gaya seminar
Sejumlah murid (10 atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan Anda.
· Gaya klaster
Sejumlah murid biasanya empat sampai delapan anak bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kooperatif.
III
OBJEK PENELITIAN
Objek Penelitian yang kami teliti adalah para murid SMP Harapan 1 Medan Kelas VIIIB dan VIIA dan kami juga melakukan observasi pada daerah-daerah di dekat lokasi SMP Harapan 1 Medan.
IV
JADWAL PENELITIAN
Hari : Selasa
Tanggal : 4 Juni 2013
Anggota :
V
PELAKSANAAN
NO | WAKTU | KETERANGAN |
1 | 08.00 WIB | Seluruh Anggota kelompok berkumpul di tempat |
2 | 08.15 WIB | Mengkonfirmasi kepada pihak yang terkait untuk melakukan observasi |
3 | 08.50 WIB | Anggota kelompok dibagi 2 Regu pertama melakukan observasi di kelas VIIIB Regu kedua melakukan observasi di kelas VIIA Waktu observasi di dalam kelas 40 menit (1 jam mata pelajaran) |
4 | 09.30 WIB | Selesai melakukan observasi di kelas |
5 | 09.40 WIB | Melakukan observasi di sekitar lokasi SMP Harapan 1 Medan |
6 | 10.30 WIB | Selesai melakukan observasi di lingkungan sekolah |
7 | 11.00 WIB | Melakukan evaluasi terhadap hasil observasi |
VI
LAPORAN PENELITIAN
1. Di Luar Kelas
SMP Harapan 1 Medan memiliki kondisi gedung yang bagus dan fasilitas-fasilitas penunjang bagi pembelajarannya juga sangat baik dan bagus.
Namun kondisi SMP yang bergabung dengan TK, SD, SMA dan Perguruan Tinggi cukup menghasilkan polusi suara di daerah sekolah.
2. Di Dalam Kelas
a. Fasilitas :
· Air Conditioner
· Lampu
· Proyektor
· Speaker
· Laptop
b. Metode Pembelajaran : Teacher Center Learning
Pada saat pembelajaran berlangsung di kelas guru menjelaskan dengan metode ceramah dan diskusi. Panduan yang dipakai adalah dari file yang dimiliki oleh guru dan di jelaskan oleh guru. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswanya. Namun, di kelas lain kebanyakan para murid dan guru memakai waktu belajarnya dengan mengerjakan soal-soal karena akan mendekati ujian. Selain itu materi juga sudah di pelajari semua.
c. Gaya Penataan
Gaya Auditorium Tradisional, dimana penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas. Gaya penataan ini yang digunakan didalam kelas yang telah kami observasi.
VII
RANGKUMAN HASIL OBSERVASI
1. Rangkuman Menurut Kelompok
· Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan diskusi dan juga terdapat reinforcement bagi siswa-siswa yang aktif. Hal ini agar siswa lebih senang dan fokus dalam belajar. Hal ini sesuai dengan teori operan conditioning.
· Orientasi belajar yang dilakukan dikelas ditentukan oleh setiap guru yang mengajar, namun kebanyakan guru masih menggunakan metode teacher learning centered (TCL) di mana guru sebagai pengontrol dan fasilisator yang memberikan seluruh materi sedangkan siswanya hanya menerima materi. Seperti di kelas biologi, guru hanya memberikan penjelasan sedangkan siswanya hanya menerima pembelajaran. Namun,ada beberapa guru yang mulai mnerapkan metode student learning centered (SCL) di mana murid berusaha sendiri untuk memperoleh pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
· Berdasarkan hasil wawancara kami, kami menyimpulkan bahwa murid-murid termotivasi tinggi dengan adanya konsep e-learning yang dilakukan oleh beberapa guru.
· Bedasarkan desain kelas yang ada, kondisinya sangat menungjang pembelajaran yang efektif bagi para murid-murid dan perlengkapan yang ada untuk membantu proses pembelajaran mudah di akses, sehingga tidak menganggu kenyamanan siswa ketika belajar.
2. Testimoni
1. KURNIA BOBY SAFAROV HASIBUAN ( 12-054 )
Menurut pengamatan saya, berbagai sarana dan prasarana maupun metode-metode yang terdapat di SMP Harapan 1 Medan sangat bagus dalam menunjang proses pembelajaran bagi para siswa-siswa SMP Harapan 1 Medan. Sehingga, sudah sewajarnya para putra-putri bangsa yang menimba ilmu si SMP Harapan 1 Medan memiliki intelektualitas ataupun integritas di atas rata-rata.
2. RIYAN KURNIA ASWARI( 12-060 )
Menurut saya, observasi yang dilakukan sangat bermanfaat bagi kami, karena menurut saya, observasi yang kami lakukan lebih membuat pemahaman kami tentang teori-teori yang sebelumnya kami perlajari menjadi lebih baik.dan juga mengenai konsep e-learning yang ada di SMP Harapan 1 Medan sangat baik peranannya dalam membantu para siswa-siswi untuk memahami teori-teori yang dipelajarinya.
Menurut pendapat saya, observasi yang kami lakukan di SMP HARAPAN 1 MEDAN sangat bermanfaat terutama bagi saya, karena menurut saya, konsep belajar yang langsung terjun ke lapangan itu lebih baik dan dapat menambah wawasan kita secara pribadi. Sehingga pemahaman untuk konsep dan teori belajar jauh lebih baik. Menurut saya, penggunaan konsep e-learning ini baik bagi proses pembelajaran di sekolah, karena siswa akan lebih mudah mencari informasi-informasi baru dengan adanya koneksi internet. Konsep e-learning ini dapat meningkatkan motivasi siswa-siswi dan pemahan mereka jauh lebih mudah dan lebih baik. Disamping itu, fasilitas yang sangat mendukung membuat para siswa-siswi senang belajar lebih giat dan sekolah yayasan pendidikan harapan memperlihatkan akreditas yang tinggi sehingga siswa-siswi yang ingin memasuki sekolah tersebut diharapkan dapat memiliki prestasi yang baik.
Setelah saya mengikuti observasi di SMP HARAPAN1 Medan, menurut saya pembelajaran sistem e-learning sudah sepenuhnya menggunakan pembelajaran tersebut. Karena konsep e-learning sangat memudahkan bagi siswa-siswi untuk belajar dan dapat menambah motivasi mereka untuk mencari bahan-bahan yang diperlukan.
Ketika saya memasuki sekolah yang saya observasi yaitu SMP HARAPAN 1 MEDAN, saya langsung dapat melihat peranan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut. Sebab, di beberapa kelas yang saya lewati, gurunya menerangkan materi pembelajaran dengan menggunakan proyektor di mana proyektor adalah salah satu teknologi yang mendukung terjadinya proses belajar e-learning. Tetapi dikelas yang saya masuki tidak menggunakan proyektor, hanya membahas soal-soal saja. Dikarenakan masa ujian yang sebentar lagi dihadapi oleh siswa siswi.